Senin, September 17, 2007

Sengatan Laba-laba Sebabkan Ereksi Lama


Sengatan Laba-laba Sebabkan Ereksi Lama

ADA cerita unik dari Brasil. Di negara yang terkenal karena prestasi sepak bola dan tarian sambanya itu, staf unit gawat darurat (UGD) rumah sakit bisa dengan cepat mengenali pasien yang masuk ke ruang tersebut korban sengatan laba-laba Brasil atau bukan. Caranya cukup dengan melihat gejala sakit yang dialami si pasien. Para korban gigitan laba-laba Brasil (Phoneutria nigriventer), tak hanya mengalami rasa sakit di sekujur tubuh dan tekanan darah yang meningkat, tetapi mereka juga mengalami ereksi panjang yang tak nyaman.

“Ereksi adalah efek samping dari orang-orang yang mendapat sengatan laba-laba yang mengalami rasa sakit dan gelisah secara bersama-sama,” kata Romulo Leite, anggota tim peneliti dari Medical College of Georgia. Dari sini, para ahli paham, laba-laba memiliki senyawa kimia (bisa) yang berpotensi dijadikan bahan untuk mengobati disfungsi ereksi (DE) problem kesehatan yang kini menyiksa jutaan orang di seluruh dunia. “Kami berharap secepatnya agar peristiwa ini berakhir pada pengembangan obat riil untuk perawatan disfungsi ereksi.”

Di Amerika Serikat saja, berdasarkan hasil studi nasional terbaru yang dilakukan oleh para peneliti di Johns Hopkins University menyebutkan, sekitar 18 juta orang AS menderita disfungsi ereksi. Para peneliti memperlihatkan bahwa satu dari tiga orang dengan tingkat disfungsi ereksi lembut hingga moderat tidak merespons terhadap Viagra, sementara beberapa lainnya sukses dengan Levitra dan Cialis. Sedangkan pria dengan DE parah sedikit berhasil dengan obat tersebut.

Potensi bisa laba-laba sebagai zat peningkat ereksi sudah dicobakan pada tikus dan hasilnya positif. Leite bersama koleganya dari the Medical College Georgia memisahkan komponen-komponen yang berbeda dari bisa laba-laba dan diujikan sebagai peningkat ereksi pada tikus. Diberi nama Tx2-6, campuran yang dihasilkan menjadi deret pendek dari asam amino yang disebut peptida.

Kemudian, para peneliti menyuntikkan bahan kimia (bisa) itu ke dalam tikus yang terangsang untuk mulai ereksi. Peneliti juga mengukur perubahan tekanan penis tikus sebagai akibat adanya peningkatan tekanan darah yang mengalir pada bagian dalam penis. Hasilnya, dibandingkan dengan tikus pengontrol, tikus-tikus yang disuntik dengan peptida ternyata mengalami peningkatan tekanan penis secara signifikan. Para ilmuwan juga menemukan adanya peningkatan pada oksida nitrat dalam ruang rongga silinder utama (corpora cavernosa) yang menjalankan panjang penis.

Pertanyaannya, apa kaitan antara peptida nitrat dan ereksi? Keterkaitan itu bisa dijelaskan sebagai berikut: perasaan seksual timbul dalam tubuh dan saraf-saraf tertentu memproduksi oksida nitrat, sebuah pesan memberitahu tubuh agar segera mulai membuat ereksi. Satu aliran tahap biokimia terjadi, salah satunya meliputi produksi enzim yang disebut cGMP. Enzim ini menyebabkan otot-otot lembut dua silinder penis menjadi rileks sehingga memungkinkan darah bisa mengalir cepat dan mengisi sehingga mengakibatkan tabung-tabung mengembang. Sebagai catatan, pada saat ereksi, penis manusia bisa menahan jumlah darah 10 kali lipat dari jumlah darah saat tidak ereksi.

“Semua ini mengarah pada vaso-dilation vessel yang melewati penis dan juga relaksasi otot-otot tabung silindris,” kata Leite kepada LiveScience. “Relaksasi dibutuhkan agar darah bisa mengalir masuk dan terjadilah ereksi karena darah terjebak di dalam penis.” Namun, ereksi tidaklah berlangsung terus-menerus. Penghancur pesta ereksi, suatu unsur yang disebut dengan PDE-5, memecah cGMP dan mengubah ereksi penis kembali kepada kondisi normal. Selama ini, obat paling populer bagi disfungsi ereksi adalah Viagra, Cialis, dan Levtra. Cara kerja ketiga obat tersebut adalah dengan membloking penghancur PDE-5. Nah, bahan kimia atau bisa dari laba-laba bekerja dalam suatu cara yang berbeda, memengaruhi satu tahap lebih cepat dalam proses ereksi.

Para ilmuwan berpendapat, kombinasi obat sintetik yang dihasilkan dari bisa laba-laba dengan obat seperti Viagra bisa menghasilkan efek luar biasa. “Jadi, kombinasi dua obat itu bisa lebih efisien bagi para pasien yang tidak punya respons terhadap Viagra,” kata Leite. Mau coba?

Tidak ada komentar: