Senin, September 10, 2007

Liberalisme, sekularisme, nasionalisme, materialisme Senjata kaum misionaris setelah gagal dengan kristenisasi

Thursday, 14 June 2007

Pada abad kedelapan belas dan kesembilan belas Masehi, misionaris Eropa masuk ke negara-negara Islam dan memulai kegiatannya secara luas. Awalnya, gerakan ini bertujuan untuk menyebarkan pemikiran Kristen dan mengganti agama kaum muslimin. Namun, usaha mereka mengalami kegagalan. Karena itu, mereka mengganti metode penyeberluasan misi mereka.

Alih-alih mengajarkan ajaran Kristen, mereka malah mempropagandakan kebudayaan Barat dan nasionalisme. Metode ini banyak dilakukan oleh misionaris asal Amerika. Berdasarkan pengakuan sebagian penulis Barat, seperti George Antonius, benih-benih pemikiran pertama Barat seperti penolakan agama, liberalisme, dan sekularisme secara terus-menerus ditanamkan oleh misionaris Kristen di negara-negara Islam.

Tujuan mereka adalah memperlemah keyakinan kaum muslimin di kawasan itu terhadap agama Islam dan mempersiapkan kondisi bagi terlaksananya imperialisme di sana. Para misionaris, dengan mendirikan sekolah-sekolah, pusat keilmuan, dan universitas, menyebarkan dasar-dasar pemikiran Barat. Dengan jalan ini mereka mempromosikan peradaban Barat di dunia Islam.

Universitas St. Joseph di Suriah dan Universitas Amerika di Beirut, Libanon, adalah beberapa contoh dari pusat keilmuan yang didirikan misionaris. Tentang aktivitas dua universitas itu, J.B. Gibb dalam bukunya “Suriah, Libanon, dan Jordania” menulis, “Kedua universitas ini membuka jalan bagi masuknya pemikiran Barat ke Suriah, Libanon, dan Jordania dan unsur pemikiran baru yang terpenting yang mereka sebarkan adalah nasionalisme.” Universitas St. Joseph didirikan pada tahun 1874 Masehi, sementara Universitas Amerika di Beirut didirikan tahun 1866.

Universitas St. Joseph menekankan pada pengkristenan kaum muslimin dan penyebaran kebudayaan Barat di Suriah. Sementara Universitas Amerika di Beirut yang nama awalnya adalah Sekolah Protestan Suriah, berusaha menyampaikan pahamnya dengan metode westernisasi dan liberalisasi. Universitas ini menerapkan rencananya dengan jalan menyebarluaskan materialisme, nasionalisme, dan liberalisme. Oleh karena itu, Universitas Amerika di Beirut dengan tujuan memecah-belah dunia Islam dan kaum muslimin, mempropagandakan nasionalisme Arab dan anti-Turki.

Akibat pengajaran sistem pendidikan Barat yang dilakukan oleh kedua universitas ini dan universitas serupa lainnya yang didirikan di berbagai negara Islam, terjadi gelombang penjajahan budaya dan penindasan budaya pribumi dan juga masuknya ideologi-ideologi dan pendidikan Barat. Namun, bidang industrialisasi dan kemajuan ekonomi dan ilmu-teknologi sama sekali tidak dikembangkan di negara-negara Islam. Joseph Szyliowicz, dalam bukunya yang berjudul Pendidikan dan Modernisasi di Timur Tengah mengakui bahwa program-program kedua universitas ini lebih banyak bermanfaat bagi Perancis dan Amerika daripada memenuhi kebutuhan masyarakat Timur Tengah.

Pengakuan ini menjelaskan jatidiri dan tujuan yayasan pendidikan yang didirikan oleh misionaris. Yayasan-yayasan itu jelas-jelas merupakan alat propaganda dan westernisasi yang bertujuan untuk mengamankan posisi kaum imperialis. Dengan memperhatikan catatan sejarah, masuknya misionaris ke negara-negara Islam biasanya diikuti oleh para pedagang Eropa.

Menyusul setelah itu, datang pula tentara-tentara Inggris, Perancis, Portugis, Belgia, dan Rusia. Setelah pemerintahan imperialis berdiri, penjajah itu amat melindungi gerakan misionaris dengan tujuan agar penyebaran kebudayaan Barat terus berlanjut. Perlindungan ini tampak dalam berbagai bentuk materil dan moril. Contohnya, dalam masalah pendidikan, pemerintah imperialis memberikan dana yang cukup bagi pendirian berbagai yayasan oleh misionaris. Di samping itu, sistem pendidikan serta tanah air yang mereka kuasai, secara terbatas diserahkan kepada misionaris untuk dikelola.

Salah satu tujuan sekolah-sekolah dan pusat-pusat keilmuan yang dikelola oleh misionaris adalah mendidik manusia menjadi penurut dan pendiam. Seperti misalnya di Afrika, misionaris mendidik rakyat Afrika agar tidak menentang hukum. Patrice Lumumba, ketua Gerakan Nasional Kongo, yang pernah belajar di sebuah sekolah misionaris, dalam bukunya “Hidup dan Peperanganku” menulis:

“Tidak pernah bisa kupahami mengapa di sekolah-sekolah selalu diajarkan kepada kami agar menjaga dasar perdamaian dan kesucian Al-Masih, sementara di luar sekolah orang-orang Eropa melakukan penindasan kepada kami.”

Di sini kita bisa menyimpulkan bahwa misionaris juga memainkan peranannya dalam menenangkan warga pribumi dan menidurkan semangat perlawanan mereka terhadap penjajah. Misionaris juga berada di balik peristiwa pembunuhan Patrice Lumumba di Katanga pada periode Musa Chumbe tahun 1961, perang dalam negeri Nigeria, juga pembangkangan dan revolusi bersenjata separatis Kristen di selatan Sudan.

Ahmad Sekou Toure, Presiden Ghana pada tahun 1983, telah mengusir semua misionaris Eropa dari negara itu. Sekou Toure adalah pemimpin perjuangan rakyat melawan penjajahan Perancis di tahun 1957. Dalam masalah pengusiran misionaris Eropa ini, dia berkata bahwa misionaris agama dan pendeta Eropa adalah musuh terbesar Afrika karena mereka melakukan kegiatan mata-mata dan perusakan.

(Silmy Kaffah – sumber : http://www.irib.ir/worldservice/melayuRADIO/misionaris/01misionaris.htm)


dari irena center

2 komentar:

Anonim mengatakan...

mas, mending blog yang tentang "ini" anda hapus saja, karena saya rasa ini hanya pembenaran sepihak

pasti anda belum mendengar pengakuan seorang pemimpin FPI Surabaya, yang mengalami pencerahan hingga dia pindah menjadi kristiani

thank's

KangEnos mengatakan...

mmmmmmmmmmmmhmmm.............begitu yaa

Mengenai fakta sejarah yang yang telah disebutkan saya tidak bisa menentang atau menerima karena saya bukan ahli sejarah. Tapi seperti yang saya sebutkan, Islam dan agama-agama lain selalu menjadi alat kekuasaan dalam sejarah peradaban dunia. Agama seringkali diterjemahkan sesuai keinginan para penguasa untuk mendapatkan tujuan mereka.

Apa yang dialami Islam juga dialami agama-agama lain. Anda pasti sudah pernah dengar bagaimana pemimpin gereja Katolik menentang ilmuwan-ilmuwan seperti Galileo? Atau bagaimana gereja ‘melakukan’ pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap sebagai ahli sihir? atau juga bagaimana pasukan salib membunuh orang-orang Islam dan Yahudi ketika mereka merebut kota Yerusalem? Lalu apakah kita bisa menyalahkan agama Kristen akan fakta-fakta tersebut?

Mungkin Anda akan membandingkan kondisi dunia Islam dengan dunia Barat saat ini dimana dunia Barat jauh lebih berkembang dan maju dalam berbagai bidang. Namun Anda harus ingat bahwa masyarakat Barat saat ini bisa dibilang adalah masyarakat yang sangat sekuler dimana mereka memisahkan aspek-aspek agama dan Tuhan dengan aspek-aspek kehidupan. Sementara mayoritas masyarakat muslim beranggapan bahwa hal itu tidak bisa diterim