eramuslim - "Aku ingin anakku nantinya bisa jadi penyanyi terkenal," ujar seorang ibu muda dalam suatu obrolan di sebuah acara perpisahan anak-anak kelas III SMP di gedung cukup mewah di bilangan Jakarta. Kebetulan saat itu sedang ditampilkan acara hiburan yang diisi oleh sumbangan alunan suara merdu anaknya. "Kalo' aku sih, anakku ingin aku masukkan ke sekolah modelling biar bisa jadi peragawati terkenal," timpal ibu lainnya tak kalah sengit. Walhasil obrolan ibu-ibu yang ikut mengiring anak-anak mereka pada acara perpisahan sekolah, tak jauh dari seputar obsesi para ibu kalangan elit itu terhadap anak-anak mereka.
Obsesi orangtua terhadap anak, memang tak dilarang dalam Islam. Selama obsesi itu merupakan wujud kasih sayang orangtua terhadap anak-anak mereka. Agar anak-anak mereka menjadi orang yang berhasil dalam karir, mandiri (baik secara materi maupun sikap mental), mendapat pendamping hidup yang baik, terpandang di masyarakatnya, serta tetap berbakti pada orangtua. Bagaimana soal berbakti kepada Tuhan? Ini juga hal yang sering tak dilupakan sebagai bagian obsesi para ortu terhadap anak-anak mereka. Biasanya satu paket, agar anak berbakti kepada orangtua dan agamanya.
Namun sayangnya unsur terakhir ini, kerap cuma sebagai embel-embel formalitas dari bangunan obsesi para ortu yang diangankan pada anak-anak mereka. Tindak lanjut dari obsesi terakhir ini, sayangnya macet cuma sampai pada tataran angan-angan. Dalam bentuk implementasi, bak "jauh panggang dari api" alias berbanding terbalik.
Download .doc
Selasa, Agustus 28, 2007
Ayah, Ibu, Jangan Murtadkan Anakmu!
Diposting oleh KangEnos di Selasa, Agustus 28, 2007
Label: Anak, ebook (update), Islam, Kritik, Pendidikan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar