Mereka lahir sebagai Muslim, dibesarkan dengan pendidikan Islam, melewati masa kecilnya dengan hafalan ayat-ayat suci Al-Qur'an serta do'a-do'a shalat, dan mengisi masa belianya dengan mengaji di masjid-masjid, madrasah maupun pesantren. Mereka hafal beberapa hadist Nabi maupun bait-bait Barzanji. Tetapi ketika menginjak masa remaja, tak ada kebanggaan di dadanya untuk berkata, "Isyhadu bi anna muslimun! Saksikanlah bahwa aku seorang Muslim."
Apa yang salah pada anak-anak itu?
Mereka telah belajar tentang halal dan haram. Mereka juga belajar tentang makruh dan sunnah. Bahkan puasa-puasa sunnah mereka lakukan demi memperoleh ranking pertama di sekolah, atau untuk memperoleh beasiswa yang tak seberapa jumlahnya, atau bahkan sekedar untuk bisa mengerjakan ujian esok hari. Demi hal-hal yang sepele dan remeh-temeh mereka hadapi dengan puasa sunnah, qiyamul-lail dan dzikir-dzikir panjang. Tetapi ketika mereka mulai menginjak dewasa, apa pun dilakukan untuk memperoleh seperiuk nasi, termasuk dengan menjual agama. Atas nama kemerdekaan berpikir, mereka menadahkan tangan kepada lembaga-lembaga donor dengan proposal untuk mengubah ruh agama.
Apa yang salah pada anak-anak itu?...........................................................................................................
Oleh: Mohammad Fauzil Adhim
Sumber: Hidayatullah: 03/XVI/Jumadil Awal 1424H, dengan Judul "Lupa Pada Jiwa"
Download .doc
Selasa, Agustus 28, 2007
Apa yang Salah pada Anak-anak itu?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar